
Jumlah kasus bunuh diri di Malaysia dilaporkan meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut data otoritas Kuala Lumpur yang dikutip oleh The Star pada Selasa (9/7/2024), angka bunuh diri tetap tinggi dengan catatan minimal 4.440 kasus dalam lima tahun terakhir di negara tersebut.
Wakil Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi, menyatakan bahwa jumlah kasus bunuh diri telah mengalami peningkatan, khususnya selama tiga tahun terakhir, dengan lebih dari atau hampir 1.000 kasus tercatat setiap tahunnya. Dia menyebutkan bahwa pada tahun 2019, terdapat 609 kasus bunuh diri, meningkat menjadi 621 kasus pada tahun 2020, 1.142 kasus pada tahun 2021, 981 kasus pada tahun 2022, dan 1.087 kasus pada tahun 2023.
Ahmad Zahid juga menyoroti bahwa mayoritas kasus bunuh diri dilakukan oleh laki-laki, dengan jumlah melebihi 3.600 kasus, sedangkan jumlah kasus bunuh diri di kalangan perempuan mencapai lebih dari 780 kasus. Dia mencatat bahwa komunitas Tionghoa memiliki angka bunuh diri tertinggi setiap tahunnya sejak 2019, yang menjadi perhatian serius.
Perubahan sosial dan ekonomi yang signifikan, seperti perubahan demografi, urbanisasi, inovasi digital, kesenjangan ekonomi, perubahan dalam kekuatan ekonomi global, dan konektivitas global yang tinggi, disebut sebagai faktor yang mempengaruhi tren bunuh diri ini. Ahmad Zahid menegaskan perlunya pendekatan kebijakan sosial yang drastis untuk mengatasi hal ini.
Dia juga menginformasikan bahwa Saluran Krisis Kesehatan Mental Nasional (HEAL Line 15555) telah aktif sejak Oktober 2022 dan telah menerima lebih dari 48.900 panggilan hingga Juni 2024. Lebih dari 28.870 panggilan tersebut memberikan dukungan emosional, sementara lebih dari 20.030 panggilan lainnya mencakup intervensi khusus seperti psikoedukasi, keterampilan mengatasi masalah, dan terapi perilaku kognitif.
Refrensi detik.com